1.1 KERANGKA PIKIR KI HAJAR DEWANTARA
Kerangka pemikiran Ki Hajar Dewantara yang telah dipelajari dari modul 1.1. pada Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6. Ada enam kerangka pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai berikut :
1. Asas Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk hidup anak lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggitingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
2. Dasar Dasar Pendidikan yang Menuntun
Dalam proses "menuntun", Guru bertindak sebagai "pamong" dan Murid diberi kebebasan agar anak tidak kehilangan arah dan tidak membahayakan dirinya. Tuntunan bertujuan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar dan sadar serta memahami bahwa kemerdekaan dirinya akan mempengaruhi kemerdekaan anak lain. Menuntun segala kodrat yang ada pada anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan untuk dirinya sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.
3. Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
Ki Hajar Dewantara mengingatkan, bahwa pendidik dalam proses Pendidikan harus menuntut anak untuk mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Apabila kita melihat kodrat zaman sekarang, maka pendidikan harus mampu menuntun anak agar memiliki keterampilan abad ke-21. Selanjutnya apabila dalam memaknai kodrat alam, maka konteks lokal sosial budaya murid di berbagai daerah di Indonesia tentu memiliki karakteristik yang berbeda dan pendidik serta pemangku kepentingan harus menyikapinya dengan penuh rasa arif dan bijaksana, tidak boleh menyamaratakan sebuah kebijakan dan alur dalam pembelajaran.
4. Budi Pekerti
Budi pekerti merupakan perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor), Budi Pekerti yang baik diawali dari Pendidikan keluarga yang baik. Peran orang tua adalah sebagai guru, penuntun suri teladan untuk menumbuhkan karakter anak. Agar tercapai keselarasan atau keseimbangan Budi Pekerti, maka harus tercipta keselarasan dan keseimbangan antara Cipta, Rasa dan Karya pada kehidupan manusia.
5. Dasar Dasar Pendidikan
Berikut penulis akan memaparkan dasar-dasar yang menjadi pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara. Ada sebelas yang menjadi dasar-dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara, sebagai berikut :
Memahami arti dan maksud pendidikan ; beliau mengartikan bahwa pengajaran (onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari Pendidikan. Maksudnya, pengajaran itu tidak lain adalah Pendidikan dengan cara memberi ilmu atau berfaedah buat hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dan pengajaran adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau berfaedah untuk kehidupan anak, baik lahir maupun batin;
Pendidikan merupakan tuntunan dalam hidup;
Tuntunan pendidikan sangat diperlukan untuk merubah budi pekerti / perilaku anak ke arah yang lebih baik;
Dasar jiwa anak dan kekuasaan pendidikan, meliputi tiga teori : teori rasa, aliran negative dan convergentietheorie;
Menurut convergentie-theorie watak manusia terbagi dua bagian, yaitu : intelligible (kecerdasan) dan biologis (dasar hidup manusia);
Berdasarkan pengajaran adat dan etika, menguasai diri (zelfbeheersching) adalah tujuan pendidikan dan maksud keadaban. "Beschaving is zelfbeheersching" (adab itu berarti dapat menguasai diri);
Dari sekian banyak teori Budi Pekerti, seperti dari Prof. Dr. Heymans, Prof. Spranger, Imam Syafi'i, Prof. Kretschner, Adler, Kunkel dan Jung, Ki Hajar Dawantara mengemukakan bahwa Budi Pekerti dipengaruhi dari orang yang menurunkannya (eferlijkheidsleer) dan pendidikan serta pengalaman berpengaruh besar pada tumbuhnya budi pekerti;
Naluri pendidikan (paedagogis instinct) keinginan dan kecakapan tiap-tiap manusia untuk mendidik anakanaknya agar selamat dan bahagia;
Syarat-syarat pendidikan (hulpwetenschappen), ada lima, yaitu: Ilmu hidup batin manusia (ilmu jiwa, psychologie); Ilmu hidup jasmani manusia (fysiologie); Ilmu keadaan atau kesopanan (etika atau moral); Ilmu keindahan atau ketertiban-lahir (estetika); Ilmu tambo pendidikan (ikhtisar cara-cara pendidikan).
Peralatan pendidikan berupa cara-cara mendidik, ada enam cara, yaitu : Memberi contoh (voorbeld); Pembiasaan (pakulinan, gewoontervorming); Pengajaran (wulang-wuruk, leering); Perintah, paksaan dan hukuman (regearing en tucht); Tindakan (laku, zelfberheersching, zelfdiscipline); Pengalaman lahir dan batin (nglakoni, ngrasa, beleving).
Pendidikan dan Usia Anak dibagi menjadi tiga masa, yaitu : Waktu pertama (1-7 tahun) masa kanak-kanak (kinderperiode). Waktu kedua (7-14 tahun) masa pertumbuhan jiwa pikiran (intillectueele periode). Masa ketiga (14-21 tahun) masa terbentuknya budi pekerti (sociale periode).
6. Metode Montesori, Frobel dan Taman Anak
Montessori mementingkan pelajaran panca indra, hingga ujung jari pun dihidupkan rasanya, menghadirkan beberapa alat untuk latihan panca indra dan semua itu bersifat pelajaran. Anak diberi kemerdekaan dengan luas, tetapi permainan tidak dipentingkan.
Frobel menjadikan panca indra sebagai konsentrasi pembelajarannya, tetapi yang diutamakan adalah permainan anak-anak, kegembiraan anak, sehingga pelajaran panca indra juga diwujudkan menjadi barang-barang yang menyenangkan anak. Namun, dalam proses pembelajarannya anak masih diperintah.
Taman Siswa memakai kedua metode tersebut, akan tetapi pelajaran paca indra dan permainan itu tidak dipisah, yaitu dianggap satu. Dalam Taman Siswa terdapat kepercayaan bahwa segala tingkah laku dan segala kehidupan anakanak tersebut sudah diisi Sang Maha Among (Pemelihara) dengan segala alatalat yang bersifat mendidik anak. Azas Taman Siswa Ki Hadjar Dewantara: Bebas dari segala ikatan, Dengan suci hati mendekati sang anak, Tidak meminta suatu hak (berhamba kepada sang Anak dalam hal melayani anak)
KESIMPULAN
Kesimpulan dari filosofis dari pemikiran Ki Hajar Dewantara bagi pendidik adalah menghormati dan memperlakukan anak sesuai dengan kodratnya, menuntun dan melayani mereka dengan ikhlas, memberikan uswatun hasanah atau teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun motivasi (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani) dalam pertumbuhan dan perkembangan murid. Menuntun murid, berpihak kepada murid, sehingga medeka dalam belajar untuk menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pertukaran Kebudayaan akan memperkuat identitas kebudayaan itu sendiri. Adapun yang menjadi poros pendidikan dan kebudayaan adalah nilai-nilai kemanusiaan. Jadi Nilai-nilai kemanusiaan merupakan sumbu esensial dari Kebudayaan.
REFLEKSI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA
Ada dua hal refleksi dari Pemikiran Ki Hajar Dewantara :
(1) Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih budaya yang hidup dalam masyarakat kebangsaan. Pendidikan dan Kebudayaan adalah satu kesatuan yang utuh. Untuk mencapai kebudayaan dan peradaban yang dicita-citakan maka Pendidikan merupakan fondasi yang utama. Pendidikan menjadi landasan pembentukan sebuah peradaban Bangsa.
(2) Inti dari Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah Perubahan. Pendidikan harus selalu bergerak dari waktu ke waktu dan tidak pernah statis, pendidikan harus berjalan secara dinamis dengan mengikuti berbagai perkembangan dalam segala hal sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya. Bila Pendidikan dan Kebudayaan berjalan statis, maka kebudayaan dan pendidikan tersebut akan menuju kehancuran. Pendidikan harus terus berubah dan mengikuti zamannya. Perubahan dalam pendidikan merupakah hal yang kekal dan harus terjadi. Perubahan ini terjadi dalam keberagaman. Ada tiga kerangka perubahan menurut Ki Hajar Dewantara:
1- Kodrat Keadaan yang terdiri dari dua hal, yaitu:
Kodrat Alam,
Kodrat Zaman.
Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan erat dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan "sifat" dan "bentuk" lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan "isi" dan "irama" artinya dalam mendidik anak, seorang pendidik harus memperhatikan lingkungan dan perkembangan zaman.
2-Prinsip Perubahan
Pada prinsip perubahan ini harus berdasarkan Asas Trikon, yaitu :
Kontinuitas;
Konvergensi
Konsentris
Kontinuitas artinya pengembangan yang dilakukan harus berkesinambungan, dilakukan secara terus-menerus dengan perencanaan yang baik. Melakukan dialog kritis tentang sejarah, dalam bergerak maju ke depan, jangan lupa akan akar nilai budaya yang hakiki dari masyarakat.
Konvergensi ; artinya pengembangan yang dilakukan dapat mengambil dari berbagai sumber dari luar, namun disesuaikan dengan kebutuhan. Pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan ,
Konsentris; artinya pengembangan pendidikan yang dilakukan harus tetap berdasarkan kepribadian kita sendiri. Pendidikan harus menghargai Keragaman dan memerdekakan pembelajar, karena setiap orang berputar dan beredar sesuai orbitnya, pendidikan itu memerdekakan; biarkan anak berputar sesuai orbitnya masing-masing).
3-Perubahan Budi Pekerti :
Komponen Budi menurut Ki Hajar Dewantara ada tiga, yaitu : Cipta (Pikiran), Rasa (Perasaan) dan Karsa (Kemauan), serta Pekerti adalah Raga (Tenaga). Budi pekerti merupakan perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor), Budi Pekerti yang baik diawali dari pendidikan keluarga yang baik. Peran orang tua adalah sebagai guru, penuntun suri teladan untuk menumbuhkan karakter anak. Agar tercapai keselarasan atau keseimbangan Budi Pekerti, maka harus tercipta keselarasan dan keseimbangan antara Cipta, Rasa dan Karya pada kehidupan manusia.
Dari sekian banyak teori Budi Pekerti, seperti yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Heymans, Prof. Spranger, Imam Syafi'i, Prof. Kretschner, Adler, Kunkel dan Jung. Ki Hajar Dawantara mengemukakan bahwa Budi Pekerti dipengaruhi dari orang yang menurunkannya (eferlijkheidsleer) dan pendidikan serta pengalaman yang diperoleh oleh anak. Keseimbangan antara olah cipta, olah rasa, olah karsa dan olah raga harus ada keseimbangan, karena pendidikan itu holistik dan seimbang. Kesempurnaan Budi Pekerti akan membawa anak kepada kebijaksanaan dan membentuk suatu peradaban.
REFLEKSI DIRI
Sebelum mempelajari modul 1.1 ini penulis melaksanakan tugas sebagai Guru telah sedikit menerapkan apa yang tertuang dalam modul karena sebelumnya telah mempelajari tentang filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara dari aplikasi Merdeka Mengajar. Namun belum sepenuhnya teraplikasikan dalam kegiatan pembelajaran. Masih memandang murid sebagai objek dalam pembelajaran.
Untuk selanjutnya setelah mempelajari filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara dari modul 1.1 ini semakin terpacu untuk menempatkan murid sebagai subjek dari pembelajaran, dengan memberikan kebebasan untuk menentukan pembelajaran, namun tentu saja dengan menuntut murid agar selamat dan bahagia selalu dalam proses pembelajaran. Serta dalam pembelajaran memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman yang berada di lingkungan sekolah.
Sikap keteladanan atau uswatun hasanah dalam diri guru menjadi salah satu alasan dalam penerapan gagasan dari pemikiran Ki Hajar Dewantara. Hal tersebut dimaksudkan untuk membangun jiwa semangat belajar dan terus memotivasi anak. guru sebagai penuntun murid yang menghamba kepada Murid dalam pelayanan prima untuk menghadirkan kebahagiaan lahir batin menuju keselamatan dan kemerdekaan belajar anak yang memiliki Budi Pekerti yang baik dan menjadi Pelajar Pancasila, sehingga murid memiliki sikap : beriman, mandiri, kreatif, berpikir kritis, bergotong royong dan berkebhinekaan global.
Hasil penerapan dari gagasan terkait pemikiran Ki Hajar Dewantara, peserta didik diberikan pendidikan yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Konten dan proses pembelajaran disesuaikan dengan alam lingkungan sekolah, serta dalam skill mengikuti perkembangan zaman. Adapun tantangan dan solusi dari penerapan pemikiran Ki Hajar Dewantara sesuai dengan konteks kelas dan sekolah, maka keteladanan seorang Guru dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman merupakan satu tantangan bagi guru untuk melaksanakannya, sedangkan menjadi penyemangat serta motivasi tersendiri bagi murid dalam belajar. Adapun solusi dari hal tersebut adalah guru harus benar-benar bersikap yang patut dan menjadi teladan bagi murid dan menguasai keterampilan abad 21 dengan memilih metode belajar yang menyenangkan. dengan menghadirkan permainan, karena bermain merupakan kodrat anak. Serta guru harus mampu memahami karakter murid.
Sumber : https://www.kompasiana.com/dedenriyandi/631ec190799ae15eac302ad2/kesimpulan-dan-refleksi-pemikiran-ki-hajar-dewantara?page=4&page_images=1.
0 comments:
Posting Komentar