Selasa, 24 Januari 2023

BAGAIMANA CARA MENGATASI WRITER'S BLOCK??

KELAS BELAJAR MENULIS NUSANTARA GELOMBANG 28 (PERTEMUAN KE-7)


RESUME KE-7 KBMN PGRI GELOMBANG KE-28

Hari/tanggal                : Senin, 23 Januari 2023

Tema                           : Mengatasi Writer's Block

Narasumber                 : Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr.

Moderator                   : Raliyanti, S.Sos., M.Pd.

“Membaca lah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.

Banyak membaca akan membuat anda keliling dunia. Banyak ilmu dan pengetahuan anda dapatkan. Banyak pengalaman orang lain bisa anda tiru dan kemudian anda amalkan dalam kehidupan sehari-hari.”

Pesan Omjay sebelum acara KBMN hari ke-7 dimulai, menjadi suntikan virus positif bagi peserta KBMN Gelombang ke-28 ini. Luar biasa…

Kelas Belajar virtual kali ini membahas  tema “Writer’s Block” dengan narasumber yang sangat inspiratif, beliau adalah Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr. dan dimoderatori oleh ibu Raliyanti, S.Sos., M.Pd.

Dari tema yang akan dibahas, tentunya baru mendengar istilah baru, ap aitu writer’s block?? Bagaimana solusinya? Mungkin banyak dialami oleh penulis pemula seperti saya??? Mau tau solusinya?? Simak pemaparan materi malam ini.

Sebagai acara pengantar kegiatan kelas menulis ini dibuka oleh ibu moderator, Ibu Raliyanti dengan salam, sapa hangat, dan tidak lupa dengan menyelipkan kata-kata penyemangat termasuk puisi indah  yang sangat menggelitik.

Masih terasa euforia pertemuan sebelumnya

Tantangan menulis dr prof Eko yang menggoda

Semoga buku bisa terwujud nyata

Tanpa ada Writer's Block yang melanda

Sebait puisi sebagai pembuka sebelum mempersilakan narasumber hebat untuk membersamai para peserta KBMN yang luar biasa semangatnya.

Lebih lanjut ibu moderator mengajak berdoa, bermunajat kepada Allah SWT  agar ilmu yang didapat malam hari ini bermanfaat dan berkah utk kita semua. Dan untuk gambaran acara 1 hingga 2 jam ke depan, disampaikan rundown acaranya sebagai berikut:

1. Pembukaan

2. Paparan Materi

3. Tanya Jawab

4. Penutup

Tidak lupa Ibu Raliyanti memperkenalkan dirinya dan menyampaikan sukses beliau dengan menekuni dunia menulis yang telah menjadikannya seperti sekarang karena mengawali dari KBMN bersama pak Dail, yang akhirnya sudah menerbitkan puluhan buku-buku karyanya.

Bahwa beliau rutin mengikuti kegiatan, mensupport diri utk terus menyelesaikan resume on time, saling blog walking memberi semangat (menyemangati diri sendiri) kemudian akhirnya  dinyatakan lulus karena  jumlah  resumenya sesuai kategori dan berhasil memiliki buku karya sendiri.

Buku pertamanya berjudul "Wujudkan Mimpi Terbitkan Buku" kemudian di tahun berikutnya lahir buku solo yang kedua dengan judul "Guru di Era Digital". Selain itu, ada 17 judul buku antologi yg dimiliki baik fiksi mau pun nonfiksi.

Selanjutnya, bu Rally panggilan akrabnya menyapa ibu narasumber, Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr., seorang guru berprestasi dan sangat menginspirasi. Salam dan sapa untuk ibu narasumber yang akan memberikan solusi bagaimana mengatasi “writer’s block”. Setelah dipersilakan, ibu Ditta memberi salam dan sapa juga kepada peserta hebat di group WA. Beliau akan berbagi tentang pengalaman menulisnya  berkaitan dengan tema writer’s block.

Ibu Ditta menyampaikan tentang akun kompasiana yang dimilikinya,  https://www.kompasiana.com/ditta13718, akun blognya

Blogspot Ditta https://dittawidyautami.blogspot.com

Sekaligus beliua memperkenalkan dirinya. Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa siapa pun yang ingin menjadi penulis andal, maka harus siap dengan prosesnya. Bahwa tak bisa instan, diperlukan jam terbang yang cukup banyak agar bisa menjadi seperti Omjay, Bunda Kanjeng, Pak Dail, Bunda Aam, Bu Rali, Mr. Bams, Prof. Eko.  dan lain-lain. Beliau sudah senang membaca buku-buku cerita sejak kecil (sebelum SD). Senang menulis sejak di sekolah dasar (dalam buku diary). Lalu di tingkat SMP, sering mengirim tulisan ke mading sekolah dan pernah menulis cerita di buku tulis yang dibaca bergiliran oleh teman-teman. Atas arahan guru Bahasa Inggrisnya, juga menulis diary dalam bahasa Inggris. Ketika SMA, beliau masih tetap menulis diary. Beberapa teman dekat yang membaca diary-nya sempat berkomentar bahwa tulisannya sudah seperti novel. Menurutnya bahwa anak remaja, banyak emosi yang dituangkan dalam catatan Ditta remaja. Namun belakangan, menjadi tahu bahwa menulis apa pun yang dirasakan bisa menjadi self healing yang baik.

Menurutnya, bahwa saat ini, beberapa psikolog ada yang menyarankan kepada para pasiennya untuk menulis sebagai salah satu cara mengatasi depresi dsb. Tentang saran psikolog untuk menulis dalam rangka mengatasi depresi itu didengar dari salah satu temannya  yang memiliki anak dengan keterbatasan sosial, artinya dia selalu merasa dirinya tak berarti, akhirnya sang ibu membawanya ke psikolog dan disarankan untuk menulis.

Lanjut cerita beliau, rupanya kebiasaan menulis tersebut memberi banyak manfaat. Misalnya ketika kuliah, pernah membuat buku Petualangan Kimia bersama rekannya dan diikutsertakan dalam Lomba Kreativitas Mahasiswa di Jurusan. Dan alhamdulillah meraih posisi kedua.

Di saat kuliah juga, beliau menulis proposal bersama teman-teman dan berhasil mendapat dana hibah untuk asosiasi profesi dari Dikti hingga 40 juta. Di tahun 2009-2010 jumlah tersebut tentu sangat besar. Masya Allah…

Namun kebiasaan menulis sempat terhenti pada saat beliau masuk dunia kerja karena kesibukan mengajar di boarding school. Kemudian kembali aktif setelah mengikuti kelas menulis Angkatan 7 “Saya sangat bersyukur, karena berawal dari arahan untuk membuat resume, saya kemudian kembali aktif menulis di blog. Bahkan berkesempatan menulis bersama Prof. Eko. Alhamdulillah menjadi 1 di antara 9 orang (angkatan pertama tantangan Prof. Eko) yang bukunya terbit di penerbit mayor”.

Menurut beliau bahwa menulis memiliki banyak manfaat (disadari/tidak). Ada yang menulis karena hobi, kebutuhan, tuntutan profesi, dan lain sebagainya. Apa pun alasannya, aktivitas menulis memang tak bisa lepas dari kita sebagai makhluk yang berbahasa dan berbudaya.

·         Apa itu writer’s block? Dan apa kaitannya dengan kisah Ibu Ditta itu ?

Sebagaimana dalam kisah di awal, ada tulisan pribadi dalam bentuk diary, ada karya tulis ilmiah, ada cerpen, artikel, resume. Bahwa menulis artinya luas, bisa menulis dengan  tulisan pribadi dalam bentuk diary, ada karya tulis ilmiah, ada cerpen, artikel, resume, dan sebagainya. Menulis adalah kata kerja yang hasilnya bisa sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya novelis, cerpenis, jurnalis atau blogger, namun ada juga copywriter yg tulisannya mengajak orang untuk membeli produk, ada content writer yang bertugas membuat tulisan profesional di website, ada script writer penulis naskah film/sinetron, ada ghost writer, techincal writer, hingga UX writer, dan lain-lain.

·         Faktanya, penulis-penulis tersebut masih bisa terserang virus WB alias Writer's Block??

Faktanya, penulis-penulis tersebut masih bisa terserang virus WB alias Writer's Block. Tak peduli tua atau muda, profesional atau belum, WB bisa menyerang siapa pun yang masuk dalam dunia kepenulisan. Oleh karena itu, penting bagi seorang penulis untuk mengenali WB dan cara mengatasinya. Menurutnya, WB ini bisa menjangkit dalam hitungan detik, menit, hari, minggu, bulan, bahkan tahunan. Tergantung seberapa cepat kita menyadari dan mengatasinya.

Sederhananya, WB adalah kondisi dimana kita mengalami kebuntuan menulis. Tak lagi produktif atau berkurang kemampuan menulisnya. Hal ini bisa terjadi dengan disadari atau pun tidak.

 

Istilah writer's block sebenarnya sudah ada sejak tahun 1940an. Diperkenalkan pertama kali oleh Edmund Bergler, seorang psikoanalis di Amerika. Berkaca dari pengalaman, WB ini bisa terjadi berulang. Me-reinfeksi kita sebagai penulis. Itulah mengapa saya katakan WB ini sebagai "virus" yang sesekali bisa aktif bila kondisinya memungkinkan. Ibarat penyakit, tentu akan lebih mudah disembuhkan bila kita mengetahui faktor penyebabnya, bukan? Begitu pula dengan WB. Agar bisa terhindar atau segera terlepas dari WB, maka kita perlu mengenali penyebabnya.

·         Hal-hal apa saja yang dapat mengakibatkan seseorang terjangkit virus Writer’s Block alias WB?


Contohnya, ada orang yang senang menulis cerpen atau puisi. Kemudian tiba-tiba harus menulis KTI yang tentu saja memiliki struktur dan metode penulisan yang berbeda. Bila tak lekas beradaptasi, bisa jadi kita malah terserang WB.

Lalu bagaimana ini bisa menjadi salah satu obat WB? Jawabannya akan berkaitan dengan faktor penyebab WB yang kedua dan ketiga.

Dalam Kamus Psikologi, stres diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan batin, tegangan dan konflik. Lelah fisik/mental akibat aktivitas harian yang padat juga dapat memicu stress. Pada akhirnya, jangankan menulis, kita bisa merasa jenuh dan suntuk. Endingnya, terserang WB???

Terakhir yang bisa menyebabkan WB adalah terlalu perfeksionis.

Apa masalahnya dengan perfeksionis?? Bila terlalu memikirkan apakah tulisan saya sudah sesuai kaidah atau belum.

Kondisi menulis dimana kita tidak memikirkan salah eja, salah ketik, koherensi dsb ternyata dalam dunia psikologi dikenal dengan istilah free writing atau menulis bebas.

Nah, jadi tidak usah  khawatir tulisannya tidak dibaca? Khawatir dinyinyir orang? Khawatir dikritik ahli? Khawatir tulisannya nggak bagus? Dan masiiih banyak kekhawatiran lainnya, tuturnya

 

·          Bagaimana solusi Writer’s Block???

Menurut Ibu DItta, beberapa solusi yang bisa dilakukan  antara lain:

  1. Mencoba hal baru dalam menulis. Mempelajari hal-hal baru yang berbeda dengan sebelumnya pasti menyenangkan.
  2. Rehat sejenak dan lakukan hal yang disukai untuk refreshing.
  3. Membaca buku-buku ringan. Karena apa pun dan bagaimanapun, WB bisa terjadi karena kita belum bisa mengekspresikan ide dalam bentuk kata. Dengan membaca, kita bisa menambah kosa kata. Pada akhirnya, jika diteruskan insya Allah bisa sekaligus mengatasi WB.
  4. Tulislah segera ketika menemukan ide, dengan tidak memikirkan salah eja, salah ketik, koherensi dsb. Karena tulisan yang buruk jauh lebih baik daripada tulisan yang tidak selesai.

Dilanjutkan sesi tanya jawab. Berikut point-point rangkuman jawaban Ibu DItta.

  1. Mari kita ingat bersama bahwa menulis adalah kata kerja. Artinya harus dilakukan baru ia akan bermakna.
  2. Jangan jadikan jumlah pembaca sebagai patokan.
  3. Bukankah, satu tulisan yang bermanfaat atau menginspirasi bagi satu orang, akan lebih baik daripada tulisan yang dibaca banyak orang tapi mudah dilupakan?
  4. Bahwa setiap tulisan yang kita buat akan tetap bermanfaat walau hanya untuk satu orang.
  5. Untuk tipsnya "practice makes perfect" dan perbanyak membaca terkait dengan apa yang akan kita tulis.
  6. Senang menulis puisi, maka mari membaca karya karya sastrawan terkemuka.
  7. Bila senang cerpen, mari perbanyak baca cerpen yang berhasil dimuat di media massa atau karya cerpenis populer.
  8. Membacanya harus dinikmati, diresapi kata-katanya, kenali diksi yang digunakan, dsb. Ibarat makan kacang goreng lebih nikmat bila perlahan, bukan sekaligus 😁
  9. Jika ingin menulis karya ilmiah, ya mesti mau membaca jurnal.
  10. Seperti apa yang ditulis Prof. Ngainun, jika ingin menulis jurnal, setidaknya kita harus membaca beberapa volume dari jurnal yang kita targetkan.
  11. Jangan terlalu khawatir dengan penilaian orang lain, padahal sejatinya tak pernah ada manusia yang sempurna. Buku buku best seller pun ada edisi revisinya, kan?
  12. Dengan mengingat niat awal kita menulis. Mengingat kembali masa masa dimana kita menikmati proses menulis itu sendiri.

Di akhir paparannya, beliau membagikan tipsnya.


"It doesn't matter how brilliant is your brain. If u do not speak up, it would be zero."

Mari, tuangkan dan sampaikan ide ide kita, pemikiran pemikiran kita, perasaan perasaan kita agar menjadi lebih bermakna.

"Rahasia untuk maju adalah memulai. Rahasia untuk memulai adalah memecah tugas-tugas rumit Anda yang luar biasa menjadi tugas-tugas kecil yang dapat dikelola, dan kemudian memulai dari yang pertama."


Salam Literasi!!

Banjarnegara, 23 Januari 2023


Share:

7 comments:

Definition List

Unordered List

Support