KBMN HARI KE-18
Hari : Jumat, 17 Februari 2023
Tema : Diksi dan Seni Bahasa
Narasumber : MAYDEARLY
Moderator : WIDYA AREMA
Tidak terasa Kelas Literasi Menulis
sudah memasuki hari ke18. Malam ini Ibu cantik dan
hebat Ibu Maesaroh, M. Pd. sebagai narasumber dan didampingi moderator
cantik Ibu Widya Setianingsih, S. Ag. yang akrab dipanggil Widya Arema membersamai para penulis di group WA. Tema menulis kali ini adalah “Diksi
dan Seni Bahasa”.
Ibu
Maesaroh yang akrab disapa Maydearly adalah seorang guru di SMPN 1
Lebakgendong, Kabupaten Lebak, Banten. Pendidikan S1 di STKIP Setiabudhi
Rangkasbitung. Puluhan karya sudah diterbitkan antara lain: adalah 10 buku
antologi, 2 buku kurator Jejak Pena Pengembara Aksara, dan Kisah
Para Pendaki Mimpi. Buku Duo Literasi Digital untuk Abad 21 bersama
Prof Indrajit. Tiga buku solo Trik Jitu menjadi Penulis Milenial, Episode
1 Januari 2020 Dalam Kenangan, dan Catatan Inspiratif.
"Sahabat
adalah kata sederhana yang acap kali merapal makna dalam jiwa. Pada sahabat
kerap kita terbangkan kepingan kisah yang tersusun rapi. Sahabat adalah ia yang
paling mengerti hati kita dalam lara nan pekat, meski kerap kita tancapkan
luka, sang sahabat akan membalas dengan seribu pelukan".
"Terkadang
dalam hidup ada robekan paling tidak sopan yang menenggelamkan kita dalam
tangisan, namun seorang sahabat membawa kita tertatih berjalan dan mengambil
sisa tawa untuk masa depan. Menguatkan lewat doa dan menggenggam dengan
Bismillah". (Maydearly).
Pengertian
Diksi
Menurut
Wikipedia, Diksi adalah pilihan kata di dalam tulisan yang
digunakan untuk memberi makna sesuai keinginan penulis.
Diksi –
akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam
bahasa Inggris menjadi diction artinya pilihan kata.
Diksi adalah
pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif, sehingga tulisan
tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan
pembacanya.
Dalam
sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang
memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu
ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics– salah satu karyanya.
Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan
yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa
diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para
sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.
William Shakespeare
dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui
naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan
romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang
bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak
lekang digilas zaman.
Mengapa Diksi begitu
penting dalam kajian sebuah bahasa?
Sebab banyak keindahan atas sebuah kata yang tak tereja oleh bibir.
Diksi bak pijar bintang
di angkasa yang menunjukan dirinya dengan kilauan, mempesona dan tak
membosankan.
Lantas, apakah begitu
sulit kita dalam berdiksi?
Honestly I fell ashame
membawakan materi tentang Diksi, karena saya bukan ahli sastra, lebih tepat
hanya sebagai penyuka diksi
Terkadang
banyak penulis yang merasa takut dalam memulai sebuah tulisan, terkadang lidah
kita merasa kelu untuk menulis sesuatu yang menakjubkan. Ada keraguan yang
dibungkam sebelum diterjemahkan dalam bahasa.
Apakah
mungkin saya bisa menulis sebuah bahasa yang indah?
Saya merasa takut tulisan saya terdengar garing ketika dibaca. Menulis itu sederhana. Se sederhana mengadukan gula dalam gelas kopi. Caranya, menulis dari apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan dan apa yang kita dengarkan. Lantas jurus apa yang harus kita pakai agar kita mampu menulis dengan segala keindahan?Libatkan 5 macam panca indera kita.
1. Sense of Touch adalah
menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat digunakan untuk
memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra
peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan,
tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat
tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin
misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan
menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.
Contoh:
Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi
2. Sense of Smell adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.
Contoh:
Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan
3. Sense of Taste adalah menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah.
Contoh:
Ku kecup rasa pekat secangkir kopi di tangan kananku, sembari ku genggam Hp tangan kiriku. Telah terkubur dengan bijaksana, dirimu beserta centang biru, diriku bersama centang satu.
4. Sense of Sight adalah
menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t
tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca
(dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa
“melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan
membayangkannya. Prinsip utama dan
manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya,
ukurannya, umurnya, kondisinya.
Contoh
Derit daun pintu mencekik udara ditengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu hanya sebagai lamunan
5. Sense of hearing
adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara
di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu
tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang
menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara.
Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih
berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan
membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.
Contoh
Derum kejahatan yang
mendekat terasa begitu kencang. Udara hening, tetapi terasa berat oleh jerit
keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan, sebuah keputusan yang menghakimiku
untuk tak lagi merinduimu
Acap kali dalam menulis
kita hanya melibatkan otak kita sebagai muara untuk berpikir tanpa kita dengar,
tanpa kita rasa, tanpa kita raba, jika terkadang sesuatu di pelupuk mata bisa
menjadi rongga untuk mencumbu tulisan kita.
Mengapa kita selalu melihat kursi yang kita duduki dengan pandangan yang begitu sederhana? Sesekali buatlah ia mempesona dan anggun.
Di atas kursi ini, aku pernah memeluk ratapan bagaimana menungguimu dengan sebuah doa takdim.
Setiap
apapun yang kita lihat, sesekali kita rasakan, kita raba, bahkan kita ampu kan
sebagai sebuah senyawa yang mampu bersuara. Yakin, masih terasa sulit
menulis diksi? Yaa...Menulis itu tidak sulit, yang sulit karena belum mencoba.
Narasumber
mengajak peserta di group WA untuk mencoba menulis diksi, menulis sesuatu yang
terlihat di hadapan dengan melibatkan kelima panca indera. Yuk..
Yuk... Buka mata, alirkan dalam nadi, dan tarikan dengan jemari
Berikut
beberapa puisi dari peserta
Sahabat
Sahabat dalam suka, namun
kadang merobek jiwa. Tetap saja sahabat yang menanti dekapan erat saat tinta
dunia menggores tak terperikan. Sahabat relung hati terhampar luas saat aku
membutuhkan pundaknya. Tetaplah bercahaya dalam kegelapan. Wajahmu terkadang
siap menerkam, tapi sayangmu menghujam tajam.
Jari jemariku menari
lentik di atas hamparan huruf huruf yang berbaris, seakan - akan memberi irama
pada malam yang syahdu
Seorang waita berbaju
merah menatap fokus layar laptop merahnya tanpa mempedulikan suara bising dari
iklan yang berteriak-teriak menjajakan dagangan. Rasa letih yang datang di
ujung telapak kakinya tak lagi terasa. Hanya keinginan segera menyelesaikan
tugas malam ini yang terpatri dalam pikiran. Sekelebat bau seduhan kopi hangat
terbayang dibenaknya. Ia pun berpaling sejenak untuk menyegarkan pikirannya
dengan seteguk pahit manis dari cangkirnya.
Rembulan malam ini enggan
bersinar
terlihat gelapnya kabut
menutupi cahayanya
Tapi aku terpesona
oleh senyum indahmu di
malam ini
yang terlihat olehku
bagai bulan purnama
Ketika jiwa terasa sepi
Seakan terbayang dirimu
dihadapnku
Ingin rasanya kupeluk
kesah dirimu
Tapi apa daya diriku
kepadamu
Hanya bisa kuratapi
diriku membangknmu
Kutatap mendung di mata
yang senantiasa teduh itu. Seolah awan bergelayut dan hampir saja meritik
deras. Ku dekati di yang terlihat galau berkaca. Ya. Muridku yang selalu ceria
kini berubah menimbulkan sejuta tanya.
Ku lihat lagi senyum
mataharimu
yang buatku terpaku beku
Ku rasakan hembus nafasmu
mengalirkan darah biru
rinduku
Ku dengar lembut suara
indahmu
menyadarkanku kau bukan
siapa-siapaku ...
(Ciamis, 17.02.23)
Aku..
Berlayar dalam lautan
ilmu
Berlabuh di samudera
persahabatan
Berselancar di dunia Maya
yang punya banyak makan
Kini ku terpatri oleh
tulisan" bermakna oleh sang guru Diksi
Senja hari ini terlihat
indah, semburat jingga yang teduh, pelangi menyapa ringan selepas hujan
diiringi lirih gerimis yang masih terdengar.
Sunggu betapa indah
lukisan-Nya
Malam ini terasa syahdu
Ku menyimak kelas belajar
menulis PGRI ditemani oleh suami dan anak-anakku
Sesekali mereka
mengganggu dan menghampiriku
Senyuman terhampar namun
adakalanya ku kesal karena mereka kadang mengganggu
Syahdunya malamku mungkin
berbeda dengan banyak orang
Namun ku nikmati demi masa depan cemerlang
Rangkuman Tanya Jawab
- Cara membuat Diksi yang indah telah saya kemukakan di sesi materi, yaitu mencoba menulis dengan melibatkan kelima panca indera.
- Kamus untuk Diksi maybe belum ada Bunda. Tapi ketika kita sering membaca tulisan dengan aroma diksi, kita akan piawai berdiksi.
- Tulis saja, abaikan semua keraguan, lihat, rasakan, lakukan, tulis seindah jemari mampu mengubah isi hati.
- Tips bagaimana cara mengembangkan Diksi adalah dengan memperbanyak muara baca. Semakin banyak bahasa yang kita sentuh, semakin kaya padanan kata/diksi yang bisa kita jumpai.
- Diksi dijabarkan sebagai kekayaan bahasa, memaknai kata sebagai bentuk keindahan. Layaknya secangkir Teh, ada hangat yang perlu diresapi karena bahasa adalah jembatan dimana kita bisa mengerti dan saling memahami.
Demikian semoga bermanfaat bagi penulis-penulis hebat yang sedang belajar membuat puisi.
Salam Literasi!
Banjarnegara, 17 Februari 2023
0 comments:
Posting Komentar